Mari berkenalan dengan Abdi Mahesa, Budayawan sekaligus Filolog muda yang meneliti kitab terpanjang di dunia, I La Galigo dari Sulawesi Selatan
Sejak berkuliah di Universitas Hasanuddin, Abdi Mahesa mengasah dan menguatkan pondasi passion dan selera hidupnya di dunia kebudayaan secara khusus pada literasi tradisional. Saat menyelesaikan studi di Universitas Hasanuddin, Abdi mengangkat episode Taggilinna Sinapatie yang ditinjaudarisudutpandang Akulturasi Islam dan formula tradisilisan. Setelah menyelesaikan study di Unhas, Abdi Mahesa melanjutkan jenjang Magister di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan Filologi.

Saat menyelesaikan studinya, Abdi Mahesa mengangkat episode Sabuqna Welenrennge dengan menggunakan pendekatan Simotika, Metanaratif dan Teologi. Bagi Abdi Mahesa, Galigo merupakan ensiklopedia yang tak pernah habis memberikan sumbangsih spirit pengetahuan, martabat kesejatian dan hakikat identitas orang Bugis-Makassar yang menarik untuk diungkap dan ditafsirkan di masa sekarang.

Secara khusus Episode Sabuqna Welenrennge mengandung beberapa muatan penting tentang pemaknaan Kapal sebagai media yang mengantarkan peralihan kekuasaan, dan perjalanan eskatologis. Selain itu teks ini memperlihatkan beberapa makna yang berhasil diungkap oleh Abdi Mahesa yakni seputar relasi gender, pernikahan endogami, primusinterpares, konsep deusotiosus dan Weltanschauung tradisional Bugis-Makassar. Kehadiran karya Abdi Mahesa diharapkan memberikan semangat baru bagi generasi muda di Sulawesi Selatan untuk lebih antusias mempelajari dan mendalami budaya Bugis dan Makassar.
